Spa...


Saya rasa semuanya setuju kalau kita tidak bisa mengerjakan semua hal Sayapun setuju kalau saya tidak mampu melakukan semua pekerjaan dalam sekali pergantian siang malam Tapi kondisi membuatku harus melakukan semuanya Dan saya harus bisa! Atau akan ada yang terluka, sakit, atau kecewa..
Entah itu ayahku, ibu, kakak, ponakan, teman-teman, MoChuisle, atau diriku sendiri...
Dan sepenggal jeda ini kumanfaatkan sebaiknya untuk memanjakan diriku di nikmatnya spa kata-kata...

Schizophrenic

Acara ijab-qabul mu... Kau meninggalkanku dengannya, dengan sosok yang sempurna itu! Hiks...

Ugh, layar berganti.

Ternyata kau diam-diam memotretku, menyusun slide demi slide frame-ku, menyusun sebuah presentase dan
puisi untuk melamarku.

Clap!
Gelap...
Darahku mengalir. Kau memukulku dengan tanganmu karena membocorkan isi kotak pandora pada ibumu. Sakit...



Lelah, tiap kali berkedip, bayangan terganti. Saling menghujam ide satu dan lainnya. Apa ini akibat terlalu takut kehilangan mu? Atau terlalu percaya dengan mimpi-mimpi yang kau tawarkan? Ketakutan, dan trauma bertabrakan dengan angan dan mimipiku. Sangat ingin percaya padamu tapi tetap takut hobi-mu yang lalu kambuh lagi. Bayangan itu berbenturan..perlahan membuatku gila. Seperti gambling...You love me? You love me not? Atau lebih tepatnya Apa aku bisa mencintaimu dengan mencintai diriku terlebih dulu?

Ada apa dengan Ginsul?



"Sejak membaca statusnya di facebook, pikiranku tidak pernah tenang. Sudah kucoba untuk menghubunginya via sms, tapi klarifikasinya menggantung. Biasa, naga satu ini paling pintar menyembunyi rasa"




Ada undangan untuk menginap di rumah Usagi sabtu lalu, datangnya dari naga ginsul. Saya tahu dia membutuhkan teman berbagi di sana, dan jika saya tidak dikejar deadline oleh orang tua, yakinlah saya dengan senang hati kabur dari rumah, mengarang cerita bohong (as usual...), untuk menjadi salah satu tong sampah baginya. Saat ini, hal yang paling ingin kulakukan adalah minggat dan curhat-curhatan semalam suntuk dengan para naga!



Semoga ginsul segera menemukan obat penenangnya... Bukan yang berasal dari campuran bahan kimia, tapi dari rangkulan seorang sahabat, serta kebijakan hatinya...

selasa/rabu?



Saya pilih rabu!
Rabu tahun depan kalau bisa. Atau tahun depannya lagi. Atau sebaiknya selasa dan rabu di
remove saja dari daftar nama-nama hari supaya kau tetap di sini?
Supaya aku bisa selamanya memandangmu, merasakan hangatnya sentuhanmu, berdebat, dan membuatmu kesal. Raut wajahmu yang selalu berubah seiring perubahan mood-ku adalah salah satu pemandangan terindah ketika bersamamu. Aku senang mempermainkanmu dengan emosiku. Melihatmu marah atau hampir menangis, tersenyum dan tertawa, adalah warna-warnimu yang tak pernah rela kubagi dengan orang lain.

Tapi bagaimanapun kau harus pergi. Lagi...

Kali ini dalam waktu yang tak pasti. Mungkin sepuluh bulan sesuai tenggak kontrakmu saat ini. Mungkin juga dua tahun lagi, setelah kau merasa pengalaman kerjamu cukup untuk pindah kerja dan cukup untuk pondasi masa depan kita.
Tapi, mungkin juga selamanya, kalau keadaan dan keluarga menahanmu, kalau kau merasa nyaman dengan kerjaanmu, atau kalau ada yang berhasil mengusirku dari hatimu...


when your gone,
maybe it's time come home

Kembali pulang, menghangatkan badan...
Merapikan mental dan diri untuk memulai hidup baru
Memulai rutinitas sebagai cecunguk negara sambil memintal benang rindu...
Cepatlah pulang, secangkir teh selalu siap menjemputmu...


Coret

Blog ini sebenarnya sudah usang usianya, tapi setelah jalan-jalan ke blog teman jadi rindu coret-coret. Meski isinya juga nda jelas (sama nda jelasnya juga dengan tujuanku menulis postingan ini), tapi bagaimanapun selalu ada uneg-uneg yang mau dikeluarkan. Berhubung saya ini orangnya rada-rada introvert, jadi kalo menumpahkan kesal ya...kesini ini...

Untungnya pas niat mencoret itu muncul, blognya belum terhapus. Tapi, sekilas melihat isinya, hupff...memprihatinkan!

Yah, sambil melatih keterampilan mencoret, saya berinisiatif bermain-main dengan desainnya sambil merepotkan emma. Untungnya yang direpotkan juga suka mencoret di dunia maya, jadinya lebih menguasai teknik-teknik rahasia menghias blog. Hihihi...

Lay out ini juga salah satu pilihan terbaiknya. Kekanakan sepertiku, penuh warna seperti egoku, dan imut seperti ponakanku. (lho? :p )

Mudah-mudahan saja tampilan barunya bisa merangsang mood-ku untuk mencoret. Menuangkan ego yang warnanya tidak pernah bisa ku prediksi. Seperti kali ini, ntah warnanya apa, sampai coretan yang kubuat jadi nda jelas begini. Mat enjoy deh! ;)

Bagaimana menjadi kupu-kupu?


Kalau ulat, tentu jelas proses metamorfosanya, daru ulat kecil, dewasa, lalu membentuk kepompong (pupa), dan selang beberapa waku akhirnya menjadi kupu-kupu. Sungguh Kuasa-Nya tak terhingga.

Tapi yang terjadi pada ulat hanya sebatas perubahan biologis. Lain halnya dengan manusia, proses metamorfosanya tidak hanya pada segi biologis tapi juga mental. Tapi kalau pada manusia lebih dikenal dengan istilah evolusi (cuma sok tahu sih, mudah-mudahan tidak salah). Jika perubahan biologis dapat dilihat dari perubahan struktur tubuh atau wajah seseorang, maka perkembangan mental yang menyertainya hanya dapat dideteksi dari prilakunya dalam menghadapi suatu masalah.

Proses perkembangan mental tidak selalu berjalan bersamaan dengan perkembangan fisik,. Ada yang lambat dan ada juga yang cepat, tergantung gen bawaan, kondisi lingkungan tempat tinggal, atau kualitas masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Nah, saat ini kepompongku sudah menghangat, dan sangat nyaman terasa. Tapi tiba-tiba panggilan alam datang dan menuntutku keluar dari zona nyaman. Saya punya pilihan untuk tetap tinggal dan bermalas-malasan dalam kepompong, atau terbang melihat dunia dengan warna-warninya. Saya sudah lama memimpikan petualangan di dunia nyata tapi ketika pintu itu terbuka, kok rasanya hampa? Tidak ada kesan, tidak ada euforia berlebih seperti seperti seseorang yang baru menerima lotre. Mungkin karena dunia yang memanggil, sedikit berbeda dengan dunia yang kuimpikan selama ini?


Bukan, bukanyya tidak mensyukuri panugerah-Mu wahai sang Maha Pemberi...
Jiwa ini tahu, apapun keputusan-Mu, itulah yang kubutuhkan, meski egoku meminta lain.
Pelayanan dalam kepompong terlalu memanjakan hingga jiwa ini malas dan tidak berani mengasah mentalnya. Saat ini, keraguan bermunculan dalam benaknya, apakah dia mampu bermetamorfosa sempurna layaknya kupu-kupu?

Almond Descents

Lihat bentuk mata mereka, sangat mempesona... Almond shape eyes are the most beautiful eyes ever....


Matanya terlihat bulat cerah di hari pertama hembusan napasnya mengaliri dunia. Tapi di tahun pertama hingga ajal, matanya terlihat seperti kacang almond. Cantik...





Nah turunan ke dua dan ke tiga dari orang tua yang berbeda ini matanya malah terlihat sipit di hari kelahiran mereka. Eh, lama-lama jadi seperti almond juga.






Lihat, sipit kan?

Penasaran, kalo besar nanti mata mu seperti apa yah? Let's see...Moga panjang umur sayang....