Bagaimana menjadi kupu-kupu?


Kalau ulat, tentu jelas proses metamorfosanya, daru ulat kecil, dewasa, lalu membentuk kepompong (pupa), dan selang beberapa waku akhirnya menjadi kupu-kupu. Sungguh Kuasa-Nya tak terhingga.

Tapi yang terjadi pada ulat hanya sebatas perubahan biologis. Lain halnya dengan manusia, proses metamorfosanya tidak hanya pada segi biologis tapi juga mental. Tapi kalau pada manusia lebih dikenal dengan istilah evolusi (cuma sok tahu sih, mudah-mudahan tidak salah). Jika perubahan biologis dapat dilihat dari perubahan struktur tubuh atau wajah seseorang, maka perkembangan mental yang menyertainya hanya dapat dideteksi dari prilakunya dalam menghadapi suatu masalah.

Proses perkembangan mental tidak selalu berjalan bersamaan dengan perkembangan fisik,. Ada yang lambat dan ada juga yang cepat, tergantung gen bawaan, kondisi lingkungan tempat tinggal, atau kualitas masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Nah, saat ini kepompongku sudah menghangat, dan sangat nyaman terasa. Tapi tiba-tiba panggilan alam datang dan menuntutku keluar dari zona nyaman. Saya punya pilihan untuk tetap tinggal dan bermalas-malasan dalam kepompong, atau terbang melihat dunia dengan warna-warninya. Saya sudah lama memimpikan petualangan di dunia nyata tapi ketika pintu itu terbuka, kok rasanya hampa? Tidak ada kesan, tidak ada euforia berlebih seperti seperti seseorang yang baru menerima lotre. Mungkin karena dunia yang memanggil, sedikit berbeda dengan dunia yang kuimpikan selama ini?


Bukan, bukanyya tidak mensyukuri panugerah-Mu wahai sang Maha Pemberi...
Jiwa ini tahu, apapun keputusan-Mu, itulah yang kubutuhkan, meski egoku meminta lain.
Pelayanan dalam kepompong terlalu memanjakan hingga jiwa ini malas dan tidak berani mengasah mentalnya. Saat ini, keraguan bermunculan dalam benaknya, apakah dia mampu bermetamorfosa sempurna layaknya kupu-kupu?

1 komentar:

Emma mengatakan...

semangat!!!!!!
semnagt traktir maksudnya, hehehe...

Posting Komentar